Hari Dunia

Hari Kesadaran Tsunami Sedunia: Mengingat, Belajar, dan Siaga Menghadapi Bencana

Fajar - Wednesday, 05 November 2025 | 01:00 PM

Background
Hari Kesadaran Tsunami Sedunia: Mengingat, Belajar, dan Siaga Menghadapi Bencana

Gudnus - Setiap tanggal 5 November, dunia memperingati Hari Kesadaran Tsunami Sedunia (World Tsunami Awareness Day). Peringatan ini menjadi momentum global untuk mengingat pentingnya mitigasi dan kesiapsiagaan bencana agar masyarakat dapat mengurangi risiko dan dampak tsunami yang mematikan.

Indonesia, sebagai negara kepulauan yang terletak di Cincin Api Pasifik (Ring of Fire), memiliki potensi gempa bumi dan tsunami yang tinggi. Karena itu, peringatan ini sangat relevan untuk meningkatkan kesadaran dan pendidikan kebencanaan di seluruh lapisan masyarakat.

Sejarah Hari Kesadaran Tsunami Sedunia

Hari Kesadaran Tsunami Sedunia pertama kali ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 2015, atas usulan Jepang, negara yang dikenal memiliki pengalaman dan sistem tanggap bencana yang kuat.

Tanggal 5 November dipilih untuk mengenang kisah seorang petani Jepang bernama Hamaguchi Goryo, yang pada tahun 1854 menyelamatkan desanya dari tsunami besar dengan cara membakar tumpukan jerami padi untuk memperingatkan warga agar segera menuju tempat tinggi. Kisah heroik ini menjadi simbol pentingnya pengetahuan lokal dan kewaspadaan dini dalam menghadapi bencana.

Makna Hari Kesadaran Tsunami Sedunia

Peringatan ini bukan hanya sekadar mengenang bencana masa lalu, tetapi juga mengajak semua pihak ; pemerintah, sekolah, komunitas, dan individu untuk beraksi nyata dalam kesiapsiagaan.

Makna yang terkandung di dalamnya meliputi:

  1. Meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap bahaya tsunami dan langkah penyelamatan diri.
  2. Mendorong edukasi kebencanaan sejak dini di sekolah dan komunitas pesisir.
  3. Memperkuat sistem peringatan dini dan jalur evakuasi.
  4. Menumbuhkan solidaritas global dalam menghadapi risiko bencana alam.

Tsunami dan Indonesia: Mengingat untuk Belajar

Indonesia beberapa kali mengalami bencana tsunami besar yang meninggalkan luka mendalam sekaligus pelajaran berharga.

Beberapa di antaranya:

  • Tsunami Aceh (2004): salah satu bencana terbesar dalam sejarah modern dengan lebih dari 200 ribu korban jiwa.
  • Tsunami Pangandaran (2006): menyebabkan ratusan korban jiwa dan kerusakan besar di wilayah selatan Jawa Barat.
  • Tsunami Palu dan Donggala (2018): selain gelombang besar, juga disertai likuefaksi yang merusak ribuan rumah dan infrastruktur.

Dari berbagai tragedi tersebut, Indonesia terus memperbaiki sistem mitigasi bencana melalui edukasi, teknologi, dan kerja sama internasional.

Bagaimana Tsunami Terjadi?

Tsunami berasal dari kata Jepang “tsu” (pelabuhan) dan “nami” (gelombang). Fenomena ini biasanya disebabkan oleh gempa bumi bawah laut, letusan gunung berapi, longsor bawah laut, atau jatuhnya meteor besar ke laut.

Gelombang tsunami bisa mencapai kecepatan lebih dari 800 km per jam dan tinggi belasan meter saat mencapai daratan. Karena kecepatannya, masyarakat pesisir hanya memiliki waktu beberapa menit hingga puluhan menit untuk menyelamatkan diri, sehingga pengetahuan dan kesiapsiagaan menjadi faktor kunci.

Langkah-Langkah Mitigasi dan Kesiapsiagaan Tsunami

Agar dapat mengurangi risiko korban dan kerusakan, berikut langkah-langkah penting yang bisa dilakukan masyarakat:

1. Mengenali Tanda-Tanda Tsunami

  • Air laut tiba-tiba surut secara tidak biasa.
  • Terjadi gempa kuat yang membuat sulit berdiri.
  • Hewan-hewan tampak gelisah atau menjauh ke dataran tinggi.

Jika tanda-tanda ini muncul, segera menjauh dari pantai tanpa menunggu peringatan resmi.

2. Pahami Jalur Evakuasi

Setiap daerah rawan tsunami biasanya memiliki peta evakuasi dan rambu arah ke tempat tinggi. Biasakan diri untuk mengetahui dan menghafalnya, terutama bagi yang tinggal di wilayah pesisir.

3. Siapkan Tas Siaga Bencana

Isi tas dengan barang penting seperti air, makanan ringan, obat-obatan, senter, dokumen penting, dan pakaian ganti.

4. Ikuti Simulasi dan Edukasi Bencana

Sekolah, kantor, dan komunitas sering mengadakan latihan tanggap darurat. Ikut serta dalam kegiatan ini agar lebih siap menghadapi situasi sebenarnya.

5. Dukung Sistem Peringatan Dini (Early Warning System)

Gunakan aplikasi resmi seperti BMKG Info, dengarkan peringatan sirine, dan patuhi instruksi petugas.

Peran Pendidikan dan Komunitas dalam Kesadaran Tsunami

Kesadaran bencana tidak hanya dibangun oleh pemerintah, tetapi juga oleh pendidikan publik dan komunitas lokal.

Beberapa hal yang bisa dilakukan antara lain:

  • Mengintegrasikan materi kebencanaan dalam kurikulum sekolah.
  • Membentuk komunitas siaga bencana di daerah pesisir.
  • Melibatkan tokoh masyarakat dan pemuka agama untuk mengedukasi warga.

Pendidikan kebencanaan yang terus-menerus akan menciptakan masyarakat yang tangguh dan sadar risiko.

Dampak Positif dari Kesadaran Tsunami

Kesadaran bukan hanya mengurangi korban, tetapi juga meningkatkan:

  • Kedisiplinan sosial dalam menghadapi peringatan darurat.
  • Kepedulian terhadap lingkungan pesisir.
  • Solidaritas antarwarga dalam membantu sesama saat bencana.

Negara dengan masyarakat yang sadar risiko akan lebih cepat pulih setelah bencana terjadi.

Kesimpulan

Hari Kesadaran Tsunami Sedunia bukan sekadar peringatan simbolik, tetapi momentum untuk memperkuat budaya siaga bencana. Tsunami mungkin tidak bisa dicegah, tetapi dampaknya bisa dikurangi melalui pengetahuan, latihan, dan kewaspadaan.

Indonesia, sebagai negara rawan tsunami, perlu terus menumbuhkan kesadaran ini di setiap generasi melalui pendidikan, kolaborasi, dan tindakan nyata. Semakin banyak orang yang paham, semakin banyak nyawa yang bisa diselamatkan.