Hari Dunia

Hari Artritis Sedunia & Hari Museum Nasional: Mengenal, Menghargai, dan Merawat Warisan Hidup

Fajar - Sunday, 12 October 2025 | 05:00 AM

Background
Hari Artritis Sedunia & Hari Museum Nasional: Mengenal, Menghargai, dan Merawat Warisan Hidup

Gudnus - Tanggal 12 Oktober ternyata punya makna ganda yang menarik. Di satu sisi, dunia memperingati Hari Artritis Sedunia (World Arthritis Day) — kampanye global untuk meningkatkan kesadaran tentang kesehatan sendi.

Di sisi lain, Indonesia juga merayakan Hari Museum Nasional, sebagai pengingat pentingnya menjaga dan menghargai warisan budaya bangsa.

Kedua hari ini tampak berbeda, tetapi sejatinya punya benang merah yang sama: tentang perawatan — tubuh dan sejarah.

Menyadari Kesehatan Sendi, Sebelum Terlambat

Artritis atau radang sendi adalah kondisi yang sering dianggap sepele hingga akhirnya membatasi gerak seseorang.

WHO memperkirakan jutaan orang di dunia hidup dengan nyeri sendi kronis, dan banyak di antaranya tidak menyadari bahwa gejala ringan seperti nyeri lutut atau jari kaku bisa menjadi tanda awal artritis.

Peringatan Hari Artritis Sedunia 2025 mengajak masyarakat untuk lebih peduli pada kesehatan sendi — bukan hanya bagi lansia, tapi juga anak muda yang kini rentan karena gaya hidup pasif dan kurang bergerak.

Duduk terlalu lama, jarang olahraga, atau postur tubuh buruk saat bekerja menjadi penyebab umum tekanan berlebih pada sendi.

Salah satu pesan penting tahun ini adalah “Move to Improve” — gerak untuk memperbaiki. Gerakan ringan, peregangan, dan aktivitas fisik teratur bisa membantu menjaga kelenturan sendi serta memperlancar aliran darah ke jaringan sekitarnya. Selain itu, menjaga berat badan ideal dan mengonsumsi makanan kaya omega-3 juga membantu mencegah peradangan sendi.

Lebih dari sekadar penyakit, artritis juga mengingatkan kita untuk menghargai kemampuan tubuh. Bahwa setiap langkah kecil adalah hasil kerja keras otot, tulang, dan sendi yang jarang kita sadari saat semuanya masih berfungsi normal.

Museum: Penjaga Ingatan Kolektif Bangsa

Beralih ke sisi lain, Hari Museum Nasional yang juga jatuh pada 12 Oktober punya makna tersendiri bagi Indonesia. Hari ini ditetapkan untuk menghormati berdirinya Museum Nasional Indonesia dan mendorong masyarakat agar lebih dekat dengan sejarah.

Museum sering dianggap tempat sunyi dan “jadul”. Padahal, di balik kaca dan etalase itu tersimpan cerita kehidupan masa lalu yang membentuk siapa kita hari ini. Mulai dari artefak prasejarah, peninggalan kerajaan Nusantara, hingga jejak perjuangan kemerdekaan — semua tersimpan rapi sebagai pengingat bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarahnya.

Di tengah arus digital, peran museum justru semakin penting. Generasi muda kini bisa belajar dengan cara baru: tur virtual, pameran interaktif, dan kolaborasi seni yang menjembatani masa lalu dengan masa kini. Beberapa museum di Bandung, Jakarta, hingga Yogyakarta sudah mulai mengadaptasi teknologi ini untuk menarik minat anak muda agar kembali berkunjung.

Merawat Tubuh, Merawat Warisan

Jika dipikir lebih dalam, Hari Artritis Sedunia dan Hari Museum Nasional punya filosofi yang sama: menjaga agar sesuatu yang berharga tidak rusak oleh waktu.

  • Museum menjaga ingatan kolektif bangsa agar tidak hilang dimakan zaman.
  • Sementara kita, manusia, perlu menjaga tubuh dan sendi agar tetap kuat menopang kehidupan.

Keduanya sama-sama berbicara tentang perawatan jangka panjang — upaya kecil tapi konsisten untuk melindungi sesuatu yang bernilai. Seperti museum yang butuh perawatan rutin agar artefak tidak rapuh, tubuh manusia juga butuh perhatian agar sendinya tidak aus oleh kebiasaan buruk dan beban hidup yang berat.

Belajar dari Dua Hari yang Saling Melengkapi

Dari dua peringatan ini, kita bisa menarik makna reflektif: Bahwa kesehatan dan sejarah sama-sama berharga, dan keduanya mudah hilang jika tidak dijaga. Kita sering menunda ke museum karena “tidak sempat”, sama seperti kita sering menunda olahraga karena “masih kuat”.

Namun ketika sendi mulai sakit atau ketika generasi muda tak lagi kenal sejarah bangsanya, kita baru sadar — ada yang hilang dari diri dan identitas kita.

Momentum 12 Oktober seharusnya jadi pengingat lembut untuk memulai perawatan, sekecil apapun. Entah itu dengan berjalan kaki setiap pagi, atau meluangkan waktu akhir pekan untuk mengunjungi museum lokal. Keduanya adalah bentuk cinta — pada diri sendiri dan pada bangsa.

Penutup

Hari Artritis Sedunia dan Hari Museum Nasional sama-sama mengajak kita untuk melambat sejenak, memperhatikan apa yang selama ini dianggap sepele. Tubuh dan sejarah sama-sama menyimpan kisah perjalanan — yang jika rusak, sulit diperbaiki kembali.

Maka, di tanggal 12 Oktober ini, mari rayakan keduanya dengan kesadaran: Menjaga sendi agar tetap lentur, dan menjaga ingatan agar tetap hidup. Sebab, tanpa keduanya, kita akan kehilangan arah — baik sebagai individu, maupun sebagai bagian dari bangsa.

Sumber: WHO, Kemenkes RI, Direktorat Jenderal Kebudayaan, dan Museum Nasional Indonesia.