Mediakaya Dorong Produksi 40 Konten per Hari, Idham Arifin: Era Konten Sedikit Sudah Berakhir
Fajar - Monday, 17 November 2025 | 01:52 AM


Gudnus - Perubahan algoritma mesin pencari membuat model bisnis media siber perlu beradaptasi lebih cepat dari sebelumnya. CTO Mediakaya, Idham Arifin, menegaskan bahwa pola lama dalam produksi konten sudah tidak lagi relevan. Pernyataan itu ia sampaikan dalam Forum Radio Summit 2025 di Jakarta, Sabtu 15 November 2025.
Idham menyinggung langsung contoh dari Pikiran Rakyat. Menurutnya, standar produksi 200 konten per bulan yang dulu dianggap cukup, kini sudah tidak mampu lagi mengikuti kebutuhan algoritma terbaru. “Zaman di mana media hanya bikin sedikit konten per hari itu sudah lewat,” ujarnya.
Mediakaya lalu melakukan eksperimen internal. Mereka mencoba skema satu konten per jam (24 per hari), kemudian menaikkannya hingga 48 konten per hari. Setelah berbagai pengujian, angka 40 konten per hari diputuskan sebagai ritme ideal yang memungkinkan pertumbuhan trafik stabil.
Target 10.000 Konten Evergreen
Produksi masif tersebut bukan sekadar mengejar volume. Idham menegaskan bahwa setiap website sebaiknya memiliki 10.000 konten evergreen, karena jumlah itu dapat menciptakan trafik jangka panjang yang terus memberi pendapatan pasif melalui impresi iklan.
Contoh keberhasilan model ini terlihat pada Radio Suara Surabaya. Dengan memanfaatkan tenaga magang, mereka konsisten memproduksi lebih dari 40 artikel setiap hari, sehingga basis konten mereka berkembang sangat cepat.
Transparansi sebagai Pembeda
Idham menekankan bahwa Mediakaya menawarkan pendekatan berbeda dibanding banyak ad tech luar negeri. Kunci utama yang dibawa Mediakaya adalah transparansi penuh dalam laporan data.
Ia mengkritik platform asing yang memakai dashboard custom sehingga metrik seperti impresi, nilai rupiah, dan RPM berpotensi diubah sebelum ditampilkan. Di Mediakaya, seluruh akses dashboard diberikan tanpa modifikasi data. “Tidak ada laporan yang kami rekayasa,” ucapnya.
Transformasi Radio ke Format Digital
Dalam paparannya, Idham juga menyampaikan mengapa radio berpotensi besar di dunia digital. Format audio memiliki keterbatasan waktu. Kadang penyiar tidak bisa menyampaikan informasi secara lengkap. Ia mencontohkan ketika penyiar sedang membahas gubernur atau kemacetan di Sudirman, siaran bisa keburu habis.
Dengan artikel teks dan foto, radio bisa memperluas konteks dan membuat pembaca betah lebih lama. Durasi keterlibatan pengguna yang lebih tinggi akan membuka lebih banyak peluang monetisasi.
Monetisasi Berbasis Data dan Relevansi
Mediakaya melakukan evaluasi data secara berkala untuk memberikan rekomendasi produksi kepada mitra. Idham menyebut contoh Pekalongan, di mana konten bertema batik cenderung mencapai performa terbaik pada Kamis pukul lima sore. Dari data ini, mereka meminta mitra membuat lebih banyak artikel yang relevan pada waktu tersebut.
Pendapatan programatik juga dikaitkan dengan relevansi. Di Surabaya, misalnya, media yang kuat pada isu lalu lintas cenderung menarik iklan dari brand otomotif karena topiknya selaras.
Idham menegaskan bahwa Mediakaya ingin membangun ekosistem kolaboratif, di mana keberhasilan satu media dapat direplikasi pada media lainnya melalui strategi berbagi data.
Next News

Jupiter Paling Terang Desember 2025, Ini Penjelasan Lengkapnya
17 hours ago

Cara Melihat Konjungsi Bulan dan Jupiter Tanpa Teleskop
a day ago

Jadwal Konjungsi Bulan dan Jupiter Desember 2025
a day ago

Dunia Paus: Keindahan dan Misteri Bawah Laut
3 days ago

Selamatkan Paus: Suara dari Kedalaman Samudra
4 days ago

Ternyata Nyata! Perbudakan Modern di Sekelilingmu
4 days ago

Paus: Simbol Keindahan & Misteri Samudra yang Agung
4 days ago

Perbudakan Kini: Tak Ada Rantai, Tapi Tetap Terikat.
4 days ago

Intip Bocoran Cuaca Jumat 28 November 2025 di Sini!
8 days ago




