Health

Penyebab Obesitas Menurut WHO dan Kemenkes: Gaya Hidup Modern yang Harus Diwaspadai

Fajar - Wednesday, 15 October 2025 | 11:03 AM

Background
Penyebab Obesitas Menurut WHO dan Kemenkes: Gaya Hidup Modern yang Harus Diwaspadai

Gudnus - Obesitas kini bukan sekadar persoalan penampilan, melainkan ancaman serius bagi kesehatan global. Menurut World Health Organization (WHO), obesitas telah meningkat tiga kali lipat sejak tahun 1975 dan kini memengaruhi lebih dari satu miliar orang di seluruh dunia, termasuk anak-anak.

Di Indonesia, Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) mencatat tren serupa. Data Riskesdas 2023 menunjukkan bahwa lebih dari 23% penduduk dewasa tergolong obesitas, dengan kecenderungan meningkat tiap tahunnya. Fenomena ini tidak lepas dari perubahan gaya hidup, pola konsumsi, dan kebiasaan modern yang serba instan.

Apa Itu Obesitas Menurut WHO dan Kemenkes?

WHO mendefinisikan obesitas sebagai penumpukan lemak tubuh yang berlebihan hingga menimbulkan risiko terhadap kesehatan.

Secara umum, obesitas diukur menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT), yaitu berat badan (kg) dibagi tinggi badan kuadrat (m²).

  • Menurut WHO:
  • IMT ≥ 25 = kelebihan berat badan (overweight)
  • IMT ≥ 30 = obesitas

Sementara Kemenkes RI menggunakan standar yang sedikit lebih rendah, menyesuaikan dengan karakteristik tubuh orang Asia:

  • IMT ≥ 23 = kelebihan berat badan
  • IMT ≥ 25 = obesitas

Standar ini penting karena masyarakat Asia cenderung memiliki risiko penyakit metabolik lebih tinggi pada angka IMT yang lebih rendah dibanding orang Eropa.

Penyebab Obesitas Menurut WHO

WHO menyoroti bahwa penyebab utama obesitas adalah ketidakseimbangan antara kalori yang masuk dan kalori yang dikeluarkan.

Namun, faktor pemicunya sangat kompleks dan saling berkaitan, di antaranya:

1. Asupan Kalori Berlebih

Gaya hidup modern membuat makanan tinggi lemak, gula, dan kalori semakin mudah diakses. Fast food, minuman manis, dan camilan tinggi kalori menjadi bagian dari keseharian banyak orang.

2. Kurangnya Aktivitas Fisik

WHO mencatat bahwa lebih dari 60% orang dewasa di dunia tidak cukup aktif secara fisik. Pekerjaan kantoran, penggunaan kendaraan pribadi, serta waktu luang yang dihabiskan di depan layar memperparah kondisi ini.

3. Perubahan Sosial dan Ekonomi

Urbanisasi cepat membuat masyarakat lebih banyak bergantung pada makanan siap saji. Keterbatasan waktu memasak dan pola kerja yang padat turut memengaruhi pilihan makanan.

4. Faktor Psikologis dan Lingkungan

Tekanan stres, kecemasan, dan depresi sering kali membuat seseorang makan berlebihan atau memilih makanan tidak sehat sebagai bentuk pelarian emosional.

5. Genetik dan Faktor Biologis

WHO mengakui bahwa genetika juga berperan — beberapa orang lebih mudah menyimpan lemak atau memiliki metabolisme yang lebih lambat secara alami.

Pandangan Kemenkes RI tentang Penyebab Obesitas

Kemenkes menekankan bahwa obesitas di Indonesia bukan hanya akibat kebiasaan makan, tetapi juga perubahan budaya dan kebiasaan hidup.

Beberapa faktor penting menurut Kemenkes meliputi:

  • Pola makan tidak seimbang: konsumsi karbohidrat dan gula berlebihan tanpa diimbangi protein dan serat.
  • Kurangnya aktivitas fisik: terutama di kalangan pekerja urban dan anak sekolah.
  • Kebiasaan ngemil malam: meningkatnya konsumsi makanan ringan dan minuman tinggi gula setelah makan malam.
  • Pengaruh lingkungan sosial: teman dan keluarga juga memengaruhi pola makan seseorang.
  • Kurangnya edukasi gizi: banyak masyarakat belum memahami kebutuhan kalori dan gizi harian yang ideal.

Dampak Obesitas terhadap Kesehatan

Baik WHO maupun Kemenkes sepakat bahwa obesitas meningkatkan risiko berbagai penyakit serius, seperti:

  • Diabetes melitus tipe 2
  • Penyakit jantung koroner dan stroke
  • Hipertensi (tekanan darah tinggi)
  • Gangguan sendi (osteoarthritis)
  • Beberapa jenis kanker, termasuk kanker payudara, usus besar, dan rahim

Selain itu, obesitas juga berdampak pada kualitas hidup dan kesehatan mental, seperti menurunnya rasa percaya diri, gangguan tidur, hingga depresi.

Pencegahan Menurut WHO dan Kemenkes

Keduanya menekankan pentingnya pendekatan gaya hidup sehat dan edukasi gizi sejak dini.

Langkah pencegahan sederhana yang direkomendasikan meliputi:

1. Menerapkan Pola Makan Seimbang :

  • Perbanyak konsumsi sayur, buah, dan makanan tinggi serat.
  • Batasi gula, garam, dan lemak jenuh.
  • Kurangi makanan cepat saji dan minuman bersoda.

2. Aktif Bergerak Setiap Hari

WHO menyarankan minimal 150 menit aktivitas fisik per minggu bagi orang dewasa. Bentuknya bisa sederhana: jalan kaki, bersepeda, menari, atau membersihkan rumah.

3. Edukasi Gizi dan Kesadaran Diri

Mulailah memperhatikan label gizi, porsi makan, dan kebutuhan kalori harian. Kemenkes juga menggalakkan kampanye Isi Piringku untuk membentuk pola makan ideal.

4. Kelola Stres dengan Sehat

Alih-alih mengatasi stres dengan makanan, coba meditasi, olahraga ringan, atau tidur cukup.

5. Peran Lingkungan dan Komunitas

Dukungan keluarga, sekolah, dan tempat kerja sangat penting dalam menciptakan budaya hidup sehat.

Penutup

Obesitas bukanlah sekadar urusan berat badan, melainkan indikator keseimbangan hidup. Baik WHO maupun Kemenkes sepakat bahwa pencegahannya tidak bisa hanya dilakukan secara individu, tetapi harus melibatkan masyarakat, lingkungan, hingga kebijakan publik.

Mulailah dari langkah kecil: memilih makanan yang lebih sehat, berjalan lebih sering, dan mengenali tubuh sendiri. Sebab kesehatan bukan soal angka di timbangan, tapi tentang bagaimana kita menjaga hidup tetap seimbang dan bahagia.

Sumber : World Health Organization, Kemenkes RI, Pusat Data dan Informasi Kemenkes.