Health

Mengapa Dongeng Penting? Cara Anak Belajar & Tumbuh Peka

Fajar - Friday, 28 November 2025 | 10:00 AM

Background
Mengapa Dongeng Penting? Cara Anak Belajar & Tumbuh Peka

Manfaat Dongeng bagi Perkembangan Emosi AnakDongeng: Bukan Sekadar Cerita Pengantar Tidur, tapi Sekolah Emosi Mini Anak

Gudnus - Siapa sih yang nggak kenal dongeng? Sejak kita kecil, sebelum kenal serial kartun atau game online, telinga kita pasti sudah familiar dengan kisah-kisah fantastis penuh intrik, mulai dari Putri Salju yang cantik jelita, Si Kancil yang cerdiknya kebangetan, sampai Bawang Merah Bawang Putih yang bikin kita geregetan sendiri. Tapi, jangan salah kaprah. Dongeng itu bukan cuma sekadar cerita pengantar tidur biar anak anteng terus merem, lho. Lebih dari itu, dongeng adalah salah satu gerbang ajaib yang membawa anak-anak kita ke sebuah taman bermain emosi, tempat mereka belajar, merasakan, dan tumbuh menjadi individu yang lebih peka.

Di era digital yang serba cepat ini, kadang kita lupa kalau ada 'teknologi' kuno yang jauh lebih ampuh untuk membentuk karakter anak: bercerita. Banyak orang tua mungkin mikirnya, "Ah, ngapain sih dongeng? Tinggal kasih tablet, anak juga anteng." Eits, tunggu dulu. Padahal, sentuhan personal, intonasi suara, dan ekspresi wajah saat mendongeng itu punya kekuatan super yang nggak bisa diganti oleh layar kaca manapun. Nah, mari kita bedah satu per satu, kenapa dongeng ini worth it banget buat perkembangan emosi anak.

1. Menggali Harta Karun Emosi: Senang, Sedih, Marah, Takut, Semua Ada!

Coba deh bayangkan, karakter-karakter dalam dongeng itu punya spektrum emosi yang lengkap banget. Ada si Cinderella yang sedih karena perlakuan jahat ibu tiri, lalu bahagia luar biasa saat bertemu pangeran. Ada raksasa yang menakutkan, tapi ternyata kesepian. Atau, Si Kancil yang takut ditangkap pemburu. Lewat karakter-karakter ini, anak-anak belajar mengidentifikasi emosi. Mereka jadi tahu, "Oh, kalau Cinderella disakiti, namanya sedih. Kalau dia dapat kebaikan, namanya bahagia." Ini adalah pelajaran pertama dan paling fundamental dalam EQ (Emotional Quotient) anak.

Mereka belajar bahwa setiap emosi itu valid dan wajar dirasakan. Dan yang paling penting, mereka belajar bahwa emosi itu bukan cuma tentang 'rasa enak' atau 'rasa nggak enak', tapi ada banyak gradasinya. Pengetahuan ini sangat krusial, lho, buat bekal mereka menghadapi dinamika kehidupan nanti. Jadi, kalau anak tiba-tiba nangis sesenggukan karena kartun kesayangannya kalah, kita jadi lebih paham, itu bagian dari proses mereka mengenal dan merasakan emosi.

2. Melatih Otot Empati: Berjalan di Sepatu Orang Lain

Ini dia salah satu manfaat paling keren dari dongeng. Ketika anak mendengarkan atau membaca kisah, mereka secara otomatis akan menempatkan diri pada posisi karakter. Mereka ikut merasakan betapa sedihnya Maling Kundang saat dikutuk ibunya, atau betapa senangnya Timun Mas berhasil kabur dari Buto Ijo. Proses 'merasakan' apa yang dirasakan orang lain inilah cikal bakal empati.

Empati adalah kunci penting dalam bersosialisasi dan membangun hubungan yang sehat. Anak yang empatik cenderung lebih mudah bergaul, tidak egois, dan lebih peka terhadap perasaan teman-temannya. Dongeng mengajarkan mereka bahwa dunia ini tidak hanya berputar di sekitar dirinya sendiri, ada banyak perspektif dan perasaan orang lain yang perlu dipahami dan dihargai. Ini semacam latihan mental untuk menjadi pribadi yang lebih pengertian dan toleran di kemudian hari.

3. Arena Simulasi Masalah dan Resolusi: Belajar Tangguh dan Berani

Jangan kira dongeng itu isinya cuma senang-senang. Banyak dongeng yang justru menghadirkan konflik, tantangan, dan bahkan bahaya. Pangeran harus melawan naga, tokoh utama harus melewati hutan belantara, atau menghadapi musuh yang licik. Dari situ, anak-anak belajar bahwa dalam hidup ini, masalah itu pasti ada. Dan yang lebih penting, mereka belajar bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya, meski kadang butuh perjuangan.

Karakter-karakter dalam dongeng seringkali menunjukkan keberanian, ketekunan, dan kecerdasan dalam menghadapi rintangan. Ini menjadi contoh nyata bagi anak bahwa mereka juga bisa menjadi tangguh. Mereka belajar bahwa kegagalan itu bukan akhir segalanya, melainkan bagian dari proses untuk menjadi lebih baik. Ini membentuk resiliensi, kemampuan untuk bangkit kembali setelah jatuh, yang mana adalah keterampilan emosi yang super penting di zaman sekarang.

4. Membangun Jembatan Moral dan Nilai-Nilai Luhur

Sadar atau tidak, di balik setiap kisah dongeng, ada pesan moral yang disisipkan. Pesan tentang kebaikan yang selalu menang melawan kejahatan, tentang pentingnya kejujuran, tentang bahaya keserakahan, atau tentang nilai persahabatan. Dongeng menyampaikan nilai-nilai ini dengan cara yang tidak menggurui, melainkan melalui alur cerita yang menarik dan mudah dicerna anak-anak. Otak mereka merekamnya bukan sebagai perintah, melainkan sebagai sebuah narasi yang mengalir.

Nilai-nilai ini menjadi kompas moral bagi anak dalam menjalani hidupnya. Mereka belajar membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang patut ditiru dan mana yang harus dihindari. Pembentukan karakter dan nilai-nilai ini adalah fondasi emosi yang kuat, karena akan memengaruhi cara mereka berinteraksi dengan dunia dan mengambil keputusan.

5. Mempererat Ikatan Emosional (Bonding Time)

Selain semua manfaat kognitif dan emosional di atas, satu hal yang sering terlupakan adalah momen dongeng itu sendiri. Saat orang tua duduk bersama, memeluk, dan membacakan cerita, terciptalah momen kehangatan dan kedekatan emosional yang tak ternilai harganya. Anak merasa dicintai, diperhatikan, dan aman. Ikatan emosional yang kuat antara anak dan orang tua ini adalah dasar yang sangat penting untuk perkembangan emosi yang sehat.

Anak yang merasa dicintai dan aman cenderung lebih percaya diri, lebih ekspresif dalam mengungkapkan perasaannya, dan lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan baru. Jadi, kegiatan dongeng bukan cuma mentransfer cerita, tapi juga mentransfer rasa sayang dan keamanan.

Kesimpulan: Mari Kembali Berdongeng!

Di tengah gempuran tontonan digital yang serba instan, rasanya memang berat untuk menyaingi daya tarik gawai. Tapi, kita sebagai orang tua punya kekuatan yang jauh lebih besar: suara, imajinasi, dan sentuhan. Dongeng adalah investasi jangka panjang untuk masa depan emosional anak. Ini adalah cara yang menyenangkan, sederhana, dan ampuh untuk membekali mereka dengan kecerdasan emosional yang mumpuni. Jadi, tunggu apa lagi? Ambil buku cerita favorit, nyalakan lampu tidur yang temaram, dan mulailah petualangan seru bersama si kecil. Siapa tahu, bukan hanya anak yang terhibur dan belajar, tapi kita juga bisa kembali merasakan keajaiban masa kecil yang sempat terlupakan.