Info

Kecelakaan Maut di Tol Cisumdawu: Tragedi dan Upaya Peningkatan Keselamatan

Salman Gudnus - Tuesday, 29 April 2025 | 12:00 PM

Background
Kecelakaan Maut di Tol Cisumdawu: Tragedi dan Upaya Peningkatan Keselamatan

 

 

GUDNUS | Bandung, Pada hari Selasa, 29 April 2025, sekitar pukul 10.00 WIB, ruas jalan Tol Cikampek-Sumedang-Dawuhan (Cisumdawu) kembali berduka dengan terjadinya kecelakaan maut di KM 189, wilayah Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Kecelakaan tragis ini melibatkan sebuah mobil travel Toyota Hiace yang menabrak bagian belakang sebuah truk boks Hino. Akibat insiden ini, tiga orang penumpang mobil travel dilaporkan meninggal dunia di lokasi kejadian, sementara lima penumpang lainnya mengalami luka-luka, satu di antaranya luka berat.

Berdasarkan informasi yang dihimpun dari berbagai sumber, termasuk keterangan dari pihak kepolisian, mobil travel dengan nomor polisi yang belum disebutkan melaju dari arah Bandung menuju Cirebon. Diduga kuat, pengemudi mobil travel dalam kondisi mengantuk saat kejadian nahas tersebut. Kondisi jalan tol di lokasi kejadian dilaporkan memiliki tiga jalur dengan marka jalan terputus dan kontur jalan yang menanjak. Cuaca saat kejadian juga cerah. Mobil travel yang diduga melaju dengan kecepatan cukup tinggi, kurang antisipasi dan menabrak bagian belakang truk boks yang berada di depannya. Benturan keras mengakibatkan kerusakan parah pada bagian depan mobil travel, terutama di sisi kiri yang menghantam bagian belakang truk. Beberapa penumpang dilaporkan terpental akibat kerasnya tabrakan.

Petugas dari Patroli Jalan Raya (PJR) Tol Cisumdawu segera tiba di lokasi kejadian setelah menerima laporan. Proses evakuasi korban dan kendaraan yang terlibat kecelakaan berlangsung cukup dramatis. Para korban yang meninggal dan luka-luka segera dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sumedang dan beberapa rumah sakit terdekat lainnya untuk mendapatkan penanganan medis. Identitas para korban meninggal dunia berhasil diidentifikasi sebagai Caesar Aritonang (warga Batununggal, Kota Bandung), Adimas Arya Sena (warga Kesambi, Kota Cirebon), dan Adif (warga Ibun, Kabupaten/Kota Bandung). Sementara itu, korban luka-luka di antaranya adalah Moh Syahrul Mubarok (21, warga Sumber, Cirebon), Mulyati (65, warga Lengkong, Bandung), Egi Anggara Syahputra (30, warga Bayuresmi, Garut), Awan Suryadharmawan (64, warga Lengkong, Bandung), dan Iwan Hermawan (46, warga Baleendah, Bandung). Sopir mobil travel sendiri dilaporkan hanya mengalami luka ringan dan saat ini telah diamankan oleh pihak kepolisian untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut terkait penyebab pasti kecelakaan.

Kecelakaan ini sontak menimbulkan keprihatinan mendalam di kalangan masyarakat, terutama para pengguna jalan tol Cisumdawu. Tragedi ini kembali menyoroti pentingnya aspek keselamatan di jalan tol yang baru saja dioperasikan secara penuh ini. Berbagai tanggapan muncul di media sosial dan platform berita daring, menyatakan kesedihan atas kehilangan nyawa dan harapan agar kejadian serupa tidak terulang kembali. Pihak perusahaan travel Bhinneka Sangkuriang Shuttle Bandung, yang kendaraannya terlibat dalam kecelakaan, juga telah memberikan respons dan menyatakan turut berduka cita atas insiden tersebut. Mereka menyatakan akan bertanggung jawab dan bekerja sama sepenuhnya dengan pihak kepolisian dalam proses investigasi.

Pihak kepolisian dari Satuan Lalu Lintas Polres Sumedang bergerak cepat melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) untuk mengumpulkan bukti-bukti dan menyelidiki penyebab pasti kecelakaan. Dugaan awal mengarah pada faktor manusia, yaitu pengemudi yang mengantuk. Namun, penyelidikan lebih lanjut akan dilakukan untuk memastikan apakah ada faktor lain yang berkontribusi terhadap terjadinya kecelakaan, seperti kondisi kendaraan atau faktor lingkungan.

Kecelakaan di Tol Cisumdawu ini bukan kali pertama terjadi. Sejak dioperasikan secara bertahap, beberapa insiden kecelakaan lalu lintas telah tercatat, meskipun dengan skala yang berbeda. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai keamanan jalan tol yang digadang-gadang akan mempercepat konektivitas antara Bandung dan Cirebon ini. Beberapa faktor yang diduga berkontribusi terhadap potensi kecelakaan di jalan tol ini antara lain adalah kondisi geografis jalan tol yang memiliki banyak tanjakan dan turunan, keberadaan terowongan kembar yang memerlukan adaptasi bagi pengemudi, serta potensi kelelahan pengemudi akibat jarak tempuh yang cukup jauh.

Menyikapi kejadian ini, berbagai pihak menekankan pentingnya upaya peningkatan keselamatan di jalan tol Cisumdawu. Kombes Pol Dodi Darjanto, seorang ahli keselamatan lalu lintas, mengingatkan para pengguna jalan untuk selalu memperhatikan kondisi fisik dan mengambil waktu istirahat yang cukup, terutama saat melakukan perjalanan jarak jauh. Imbauan untuk beristirahat setiap dua jam sekali saat berkendara jauh kembali digaungkan untuk mencegah terjadinya microsleep yang dapat berakibat fatal.

Selain itu, evaluasi terhadap infrastruktur jalan tol juga menjadi penting. Meskipun Terowongan Kembar Tol Cisumdawu telah dilengkapi dengan berbagai komponen keselamatan seperti generator darurat, jalur evakuasi, sistem pemadam kebakaran, alarm telepon, dan lampu darurat, perlu dipastikan bahwa seluruh fasilitas berfungsi dengan baik dan dapat diakses dengan mudah dalam kondisi darurat. Rambu-rambu lalu lintas dan marka jalan juga perlu dievaluasi kembali, terutama di area-area yang berpotensi rawan kecelakaan seperti sebelum tanjakan, turunan, dan area setelah terowongan.

Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada proyek pembangunan dan operasional jalan tol juga menjadi aspek penting. Studi mengenai penerapan SMK3 pada proyek Tol Cisumdawu Tahap II menunjukkan bahwa implementasi kebijakan K3 telah memiliki tingkat penilaian yang baik. Namun, upaya berkelanjutan untuk meningkatkan kesadaran akan K3 di kalangan tenaga kerja dan pengguna jalan tetap diperlukan.

Untuk mencegah kejadian serupa di masa depan, beberapa rekomendasi dapat dipertimbangkan. Pertama, peningkatan sosialisasi mengenai pentingnya istirahat yang cukup bagi pengemudi, terutama pengemudi kendaraan umum seperti travel. Kedua, penegakan hukum yang lebih ketat terhadap pelanggaran lalu lintas di jalan tol, seperti melebihi kecepatan dan penggunaan bahu jalan yang tidak sesuai. Ketiga, evaluasi berkala terhadap kondisi jalan tol dan fasilitas keselamatan, serta perbaikan jika ditemukan adanya kekurangan. Keempat, mungkin penerapan teknologi seperti sistem transportasi cerdasnyang dapat memberikan peringatan dini kepada pengemudi mengenai potensi bahaya.

PT Jasa Raharja dan Korlantas POLRI secara aktif melakukan survei jalur tol, termasuk Tol Cipularang yang memiliki karakteristik serupa, untuk memeriksa titik-titik rawan kecelakaan dan memberikan rekomendasi perbaikan jalan. Langkah serupa perlu dilakukan secara berkala di Tol Cisumdawu untuk mengidentifikasi potensi risiko dan mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan.

Tragedi kecelakaan di Tol Cisumdawu ini menjadi pengingat yang menyakitkan akan pentingnya keselamatan berlalu lintas. Keselamatan bukan hanya tanggung jawab pengelola jalan tol dan aparat kepolisian, tetapi juga menjadi tanggung jawab setiap pengguna jalan. Dengan kesadaran, kepatuhan terhadap peraturan, dan kondisi fisik yang prima, diharapkan perjalanan di jalan tol dapat menjadi lebih aman dan nyaman bagi semua orang. Semoga para korban meninggal dunia mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya dan keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan. Para korban luka-luka pun diharapkan segera pulih dan dapat beraktivitas kembali.

Sumber Foto : arah PANTURA