Lifestyle

Jangan Salah! 7 Oktober Punya Peran Penting Loh!

Fajar - Tuesday, 07 October 2025 | 06:00 AM

Background
Jangan Salah! 7 Oktober Punya Peran Penting Loh!

Gudnus - Tanggal 7 Oktober. Mungkin buat sebagian besar dari kita, tanggal ini lewat begitu saja, nggak ada bendera kuning atau libur nasional, apalagi promo diskon gede-gedean. Tapi, jangan salah! Tanggal ini sebenarnya punya peran penting banget, loh. Setiap tanggal 7 Oktober, kita memperingati Hari Komunikasi Damai Internasional (International Day of Peaceful Communication). Sebuah momen buat kita semua, dari anak muda sampai yang sudah senior, buat re-check lagi, sudah seberapa damai dan empatik sih cara kita berkomunikasi?

Bisa dibilang, komunikasi itu kayak bumbu masakan. Kalau pas, sedapnya minta ampun. Tapi kalau kebanyakan garam atau kurang gula, duh, bisa bikin lidah ngambek dan mood berantakan. Nah, di era serba cepat, serba instan, dan serba digital sekarang ini, "bumbu" komunikasi kita kadang rasanya makin nggak karuan. Gampang banget salah paham, gampang banget terpancing emosi, ujung-ujungnya jadi drama yang nggak perlu.

Komunikasi Damai Itu Apa, Sih? Bukan Cuma Ngomong Baik-Baik, Tapi...

Mungkin ada yang mikir, "Ah, komunikasi damai? Kan tinggal ngomong baik-baik aja, nggak usah ngegas." Eits, tunggu dulu. Konsepnya lebih dalam dari itu, gengs. Komunikasi damai itu bukan cuma soal pemilihan kata yang sopan, apalagi cuma sekadar senyum-senyum formalitas biar kelihatan kalem. Jauh lebih dari itu, komunikasi damai adalah tentang sebuah proses di mana kita berusaha untuk memahami, menghargai, dan mencari titik temu, bahkan ketika ada perbedaan yang menganga.

Ini bukan berarti kita harus selalu setuju dengan lawan bicara, bukan. Kita boleh kok punya pandangan yang berbeda. Justru di situlah seninya. Komunikasi damai mengajak kita untuk "dengerin" dengan sungguh-sungguh, nggak cuma dengerin buat bales omongan. Kita diajak untuk menempatkan diri di posisi orang lain (empati), mencoba menyelami kenapa mereka berpikir atau merasa seperti itu, sebelum akhirnya kita menyampaikan apa yang ada di pikiran kita dengan cara yang konstruktif dan nggak bikin suasana jadi makin keruh.

Coba deh bayangin, berapa banyak konflik di hidup kita—baik itu sama pacar, teman, keluarga, bahkan bos di kantor—yang sebenarnya berakar dari komunikasi yang nggak nyambung? Kita ngomong A, dia nangkapnya B. Kita maksudnya begini, eh dia malah mikirnya begitu. Akhirnya? Salah paham, sakit hati, bahkan sampai putus hubungan. Kan sayang banget, ya?

Kenapa Komunikasi Damai Pentingnya Bukan Main?

Di dunia yang serba riuh ini, kadang kita jadi lupa kalau tiap orang punya "dunia" dan ceritanya masing-masing. Di media sosial, misalnya, gampang banget kita jumpai perang opini yang sengit, saling serang komentar, sampai bawa-bawa hal pribadi. Rasanya kayak semua orang lagi balapan siapa yang paling benar, paling vokal, atau paling jago bikin burn. Padahal, kalau dipikir-pikir, apa sih untungnya?

Komunikasi damai ini jadi semacam "penyejuk" di tengah panasnya perdebatan. Ini kayak oase di gurun pasir yang bikin kita sadar, "Eh, bentar deh, ini tujuannya apa ya?" Dengan komunikasi damai, kita bisa:

  • Menurunkan Ketegangan: Daripada langsung nyerocos, coba tarik napas dulu, dengerin baik-baik. Seringkali, masalah bisa mereda cuma karena kita mau kasih ruang buat orang lain bicara dan didengarkan.
  • Membangun Jembatan, Bukan Tembok: Ketika kita berusaha memahami, meskipun nggak setuju, kita sebenarnya sedang membangun fondasi hubungan yang lebih kuat. Kita nggak cuma mencari siapa yang kalah dan siapa yang menang, tapi mencari solusi atau pemahaman bersama.
  • Mengurangi Drama Nggak Penting: Ini sih udah jelas banget. Bayangin kalau setiap kali ada masalah, kita bisa diskusi dengan kepala dingin, fokus pada isu, bukan pada emosi. Hidup pasti jauh lebih tenang dan energi kita nggak habis buat mikirin dendam atau sakit hati.
  • Meningkatkan Empati: Latihan komunikasi damai itu ibarat latihan otot empati. Semakin sering kita mencoba memahami orang lain, semakin peka kita terhadap perasaan mereka, dan semakin baik kita dalam merespons.

Tips Ngomong (dan Dengerin) ala Generasi Woles:

Nggak perlu jadi pakar komunikasi buat bisa mempraktikkan ini. Kita bisa mulai dari hal-hal kecil, kok. Ini beberapa tips yang mungkin bisa kamu coba:

  • "Pause" Dulu Sebelum Respons: Kebiasaan kita, apalagi di chat atau medsos, adalah langsung balas begitu baca. Coba deh, baca dulu pelan-pelan, pahami maksudnya, baru mikir mau balas apa. Nggak usah buru-buru. Yang penting substansinya, bukan kecepatan.
  • Dengerin, Jangan Cuma Tunggu Giliran Bicara: Ini penyakit umum. Kita sering dengerin orang ngomong cuma buat nyari celah atau nungguin dia selesai biar kita bisa langsung nyerocos. Coba deh dengerin beneran apa yang dia sampaikan, rasakan emosinya, pahami sudut pandangnya. Dijamin, kamu bakal nemuin hal-hal baru.
  • Gunakan Kata "Aku" Daripada "Kamu": Daripada bilang, "Kamu itu lho selalu bikin aku marah!", coba ganti jadi, "Aku merasa marah ketika ini terjadi." Dengan begitu, kita fokus pada perasaan kita sendiri, bukan langsung menyalahkan orang lain. Ini bisa mengurangi defensifnya lawan bicara.
  • Hindari Asumsi: Jangan langsung mengambil kesimpulan. Kalau ada yang nggak jelas, tanya. "Maksudmu begini, ya?" atau "Bisa tolong jelaskan lebih lanjut?" Lebih baik bertanya daripada salah tafsir yang berujung runyam.
  • Akui Emosi: Nggak apa-apa kok kalau lagi marah atau kesal. Yang penting, akui emosi itu dan komunikasikan dengan tenang. "Aku lagi kesel banget nih, boleh aku ceritain biar plong?" daripada langsung meledak.

Medsos, Si Dua Sisi Mata Pedang Komunikasi Kita

Nggak bisa dipungkiri, media sosial itu kayak pisau bermata dua. Di satu sisi, dia bisa jadi alat penghubung yang luar biasa, bikin kita tetep nyambung sama teman lama atau keluarga yang jauh. Tapi di sisi lain, dia juga bisa jadi biang kerok keributan, tempat paling gampang buat adu mulut atau nyebar hoaks. Pernah nggak sih kamu lihat orang yang aslinya kalem banget, tapi begitu di kolom komentar medsos, jarinya langsung berubah jadi Wolverine?

Fenomena ini bukan hal baru. Anonimitas dan minimnya interaksi tatap muka seringkali bikin kita jadi lebih berani (atau mungkin lebih "bar-bar") dalam menyampaikan opini, bahkan sampai lupa etika. Padahal, tulisan itu abadi. Apa yang kita ketik, jejak digitalnya ada terus. Kalau isinya cuma nyinyiran atau provokasi, yang rugi siapa? Kita juga, kan? Reputasi bisa rusak, teman bisa hilang, bahkan bisa sampai ke ranah hukum.

Di sinilah Hari Komunikasi Damai Internasional jadi pengingat penting: mari kita gunakan platform digital ini dengan bijak. Mari kita sebarkan kebaikan, informasi yang valid, dan pesan-pesan yang membangun. Daripada ikutan nge-hate, mending fokus bikin konten yang positif, atau paling tidak, kalaupun mau mengkritik, sampaikan dengan argumen yang jelas dan nada yang santun. Gampang sih ngomongnya, tapi praktiknya butuh komitmen.

Yuk, Jadi Agen Perdamaian (Lewat Mulut dan Jari)!

Komunikasi damai itu bukan cuma tanggung jawab para diplomat atau pemimpin negara, lho. Ini adalah tugas kita semua, di setiap interaksi, setiap hari. Dari obrolan ringan sama teman di kafe, diskusi kelompok di kampus, sampai debat sengit di grup WhatsApp keluarga. Setiap momen adalah kesempatan kita buat latihan.

Bayangin kalau semua orang punya kesadaran ini. Dunia ini pasti akan jauh lebih tenang, damai, dan penuh pengertian. Nggak ada lagi drama-drama nggak penting yang bikin kepala pusing, nggak ada lagi salah paham yang berujung pada permusuhan. Yang ada cuma vibes positif, orang-orang yang saling mendukung, dan lingkungan yang kondusif buat tumbuh kembang bersama.

Jadi, di Hari Komunikasi Damai Internasional ini, mari kita sama-sama berkomitmen. Mulai dari diri sendiri, mulai dari hal terkecil, dan mulai dari sekarang juga. Mari kita jadi bagian dari solusi, bukan bagian dari masalah. Yuk, belajar ngomong (dan dengerin) biar hidup kita, dan hidup orang di sekitar kita, jadi lebih woles, lebih harmonis, dan pastinya, lebih damai. Karena pada akhirnya, komunikasi itu jembatan, bukan jurang pemisah. Selamat Hari Komunikasi Damai Internasional!