Dari Papan QWERTY ke Nostalgia: Sejarah BlackBerry dan Nasibnya Sekarang
Fajar - Tuesday, 14 October 2025 | 06:33 PM


Gudnus - Sebelum era iPhone dan Android mendominasi, BlackBerry adalah simbol gengsi dan efisiensi. Ponsel dengan keyboard QWERTY ini bukan sekadar alat komunikasi — tapi status sosial, terutama bagi kalangan profesional dan eksekutif.
Kini, nama BlackBerry mungkin hanya tersisa dalam kenangan. Tapi jejaknya di dunia teknologi tetap besar: BlackBerry mengubah cara orang bekerja, berkomunikasi, dan mengamankan data.
Perjalanan BlackBerry dari kejayaan hingga transformasinya di masa kini.
Awal Mula: Dari Pager ke Ponsel Pintar (1984–2002)
Cerita BlackBerry bermula pada tahun 1984, saat dua insinyur asal Kanada, Mike Lazaridis dan Douglas Fregin, mendirikan perusahaan bernama Research In Motion (RIM). Awalnya, mereka tidak membuat ponsel, melainkan fokus pada teknologi nirkabel dan pager dua arah.
Pada tahun 1999, RIM meluncurkan BlackBerry 850, perangkat pager dengan fitur email nirkabel. Inilah momen awal di mana istilah “BlackBerry” lahir — diambil dari tampilan tombol QWERTY-nya yang menyerupai buah blackberry.
Dengan kemampuan mengirim email secara real-time, BlackBerry segera menjadi alat kerja utama bagi profesional di seluruh dunia.
Masa Keemasan: Ponsel Eksekutif dan Simbol Prestise (2003–2011)
Dekade 2000-an adalah masa keemasan BlackBerry. Model seperti BlackBerry Curve, Bold, dan Torch merajai pasar.
Fitur andalannya, BlackBerry Messenger (BBM), mengubah cara orang berkomunikasi. Sebelum WhatsApp dan Telegram hadir, BBM sudah menawarkan pesan instan yang aman dan cepat — bahkan dengan PIN eksklusif yang membuat penggunanya merasa “berkelas”.
Tak hanya individu, perusahaan besar dan lembaga pemerintahan juga mempercayai BlackBerry karena reputasinya dalam keamanan data. Presiden Amerika Serikat Barack Obama bahkan diketahui masih menggunakan BlackBerry saat awal masa jabatannya karena alasan keamanan.
Pada puncaknya, tahun 2011, BlackBerry menguasai lebih dari 40% pasar smartphone di Amerika Serikat dan menjadi merek global yang identik dengan efisiensi bisnis.
Masa Kejatuhan: Terlambat Menyadari Perubahan (2012–2016)
Namun, dunia teknologi berubah cepat. Saat Apple memperkenalkan iPhone (2007) dan Google meluncurkan Android, tren mulai bergeser ke ponsel layar sentuh dan ekosistem aplikasi terbuka.
BlackBerry sempat mencoba bertahan dengan BlackBerry OS 10, tapi langkahnya terlambat. Aplikasi populer seperti Instagram dan YouTube tidak tersedia di platform-nya, membuat pengguna beralih ke Android.
Mereka juga menolak beradaptasi dengan cepat — masih mempertahankan keyboard fisik di saat pasar mulai jatuh cinta pada layar sentuh penuh.
Pada 2016, BlackBerry resmi menghentikan produksi ponsel sendiri dan menyerahkan lisensi mereknya kepada perusahaan lain, seperti TCL (untuk pasar global) dan BB Merah Putih (untuk Indonesia).
Transformasi: Dari Ponsel ke Keamanan Digital (2017–Sekarang)
Setelah keluar dari bisnis perangkat keras, BlackBerry tidak benar-benar mati. Perusahaan mengubah fokus ke perangkat lunak keamanan siber dan sistem otomotif.
Mereka kini menjadi pemain besar dalam industri cybersecurity, dengan produk seperti:
- BlackBerry QNX: sistem operasi untuk kendaraan otonom dan industri otomotif.
- BlackBerry Cylance: solusi keamanan berbasis AI yang melindungi data perusahaan dari ancaman siber.
Artinya, BlackBerry kini hidup sebagai perusahaan software, bukan produsen ponsel. Meskipun tidak lagi bersaing dengan iPhone atau Samsung, warisannya tetap terasa — terutama dalam aspek keamanan digital yang menjadi standar industri.
BlackBerry di Indonesia: Antara Kenangan dan Loyalitas
Bagi masyarakat Indonesia, BlackBerry punya tempat istimewa. Era BBM pada 2010-an membawa tren “add PIN dong” dan status “D” serta “R” yang legendaris.
Bahkan setelah BBM resmi ditutup pada 2019, banyak pengguna yang masih menyimpan kenangan akan masa itu. Beberapa komunitas bahkan masih mengoleksi unit lawas seperti Bold 9900 dan Curve 9360 sebagai simbol nostalgia.
Apakah BlackBerry Akan Kembali?
Beberapa tahun lalu, sempat beredar kabar bahwa BlackBerry akan merilis ponsel Android baru dengan keyboard fisik melalui kerja sama dengan OnwardMobility. Namun, proyek itu batal terlaksana pada 2022.
Meski begitu, nama BlackBerry masih digunakan secara terbatas di dunia korporasi dan otomotif. Perusahaan kini lebih dikenal sebagai penyedia solusi keamanan dan enkripsi data tingkat tinggi — bukan lagi sebagai produsen smartphone.
Pelajaran dari BlackBerry: Adaptasi Adalah Kunci
Kisah BlackBerry adalah pelajaran berharga dalam dunia teknologi:
- Inovasi harus diimbangi keberanian beradaptasi.
- Kesetiaan pengguna bisa hilang jika ekosistem tertinggal.
- Nilai utama bisa tetap hidup, meski bentuk bisnis berubah.
BlackBerry memang tidak lagi ada di genggaman tangan kita, tapi DNA-nya masih hidup di setiap sistem keamanan modern.
Dari perusahaan pager sederhana, menjadi simbol produktivitas global, hingga kini menjadi penjaga keamanan digital dunia — perjalanan BlackBerry membuktikan bahwa jatuh bukan akhir, tapi kesempatan untuk berevolusi.
Next News

Makin Canggih, Ini Perbandaan TriFold dan Fold yang Paling Terasa
2 days ago

Galaxy Z TriFold: Ponsel yang Bisa Jadi Tablet, Laptop Mini, dan Kamera Profesional Sekaligus
2 days ago

Poco Pad X1: Tablet Kencang dengan Layar 3.2K 144Hz dan Snapdragon 7+ Gen 3
8 days ago

Perbandingan POCO F8 Ultra vs Samsung Galaxy S25 Ultra: Flagship Mana yang Lebih Unggul di 2025
9 days ago

POCO F8 Ultra: Smartphone Flagship dengan Layar 6,9″, Snapdragon 8 Elite Gen 5, dan Audio “Sound by Bose”
9 days ago

Ponsel Berevolusi: Dari SMS ke Chat AI
12 days ago

Masa Depan Industri Penyiaran di Era Digital: Adaptasi, Inovasi, dan Tantangan Baru
15 days ago

Cara Mailing Excel ke Word: Panduan Lengkap untuk Membuat Surat Otomatis Lebih Cepat
17 days ago

Memahami Digital Footprint: Jejak Online yang Perlu Kita Kelola dengan Bijak
23 days ago

Cara Backup Email dan Kontak Sebelum Hapus Akun
a month ago




