Nasional

Peran Krusial Artileri: Lebih Penting dari yang Kamu Kira

Fajar - Thursday, 04 December 2025 | 09:00 AM

Background
Peran Krusial Artileri: Lebih Penting dari yang Kamu Kira
Latihan Antar Kecabangan (Latancab) 2017 di Baturaja, Sumatera Selatan. (tniad.mil.id/)

Gudnus - Coba deh bayangkan sejenak adegan perang modern yang sering kita lihat di film-film atau game. Pasti yang terlintas pertama kali adalah jet tempur yang melesat di langit, kapal perang raksasa yang mengarungi lautan, atau pasukan infanteri dengan senjata canggihnya. Jarang sekali orang langsung teringat pada artileri, si "raksasa pendiam" yang sebenarnya punya peran super krusial. Padahal, kalau mau jujur, di banyak skenario konflik, artileri inilah yang sering jadi penentu arah angin peperangan. Bukan kaleng-kaleng, lho.

Mungkin bagi sebagian orang, artileri itu cuma meriam tua yang kerjanya cuma 'dor dor dor' bikin kaget. Tapi tunggu dulu, pemikiran itu sudah ketinggalan zaman. Artileri zaman sekarang itu jauh lebih canggih, akurat, dan serbaguna daripada yang bisa kita bayangkan. Ia adalah salah satu tulang punggung pertahanan dan keamanan negara kita, Indonesia, dan hampir semua negara di dunia. Jadi, mari kita kulik lebih dalam, kenapa sih si 'penggebuk jauh' ini nggak pernah mati gaya dalam strategi militer?

Sejarah Panjang Sang Penentu Nasib: Dari Ketapel Batu sampai Rudal Roket

Artileri itu bukan kemarin sore nongol di medan perang. Jejak rekamnya bejibun, sudah ada sejak zaman baheula. Dulu, mungkin bentuknya masih ketapel raksasa yang melempar batu atau proyektil sederhana. Tapi seiring waktu, teknologi berkembang. Ketika bubuk mesiu ditemukan, boom! Lahirlah meriam yang mengubah total cara berperang. Tembok benteng yang tadinya perkasa bisa runtuh dalam sekejap. Pasukan yang berbaris rapi bisa tercerai-berai dihantam proyektil. Sejak itu, artileri terus berinovasi. Dari meriam tarik, howitzer yang bisa menembak parabolik melampaui bukit, sampai artileri roket yang bisa menghujani area luas dengan daya hancur luar biasa. Evolusinya ini menunjukkan satu hal: kemampuan artileri untuk beradaptasi dan tetap relevan, tidak peduli seberapa cepat dunia berubah.

Bukan Sekadar Dentuman: Segudang Fungsi Artileri di Medan Modern

Kalau cuma bikin suara keras, anak kecil juga bisa main petasan. Tapi artileri ini beda kelas. Fungsinya itu kompleks dan strategis banget. Pertama dan paling jelas, tentu saja Dukungan Tembakan (Fire Support). Bayangkan pasukan infanteri kita sedang terdesak, atau mau menyerbu posisi musuh yang di-bentengi rapat. Nah, artileri inilah yang maju duluan. Dengan tembakan presisi atau bahkan hujan proyektil, ia bisa menghancurkan pertahanan musuh, menekan pergerakan mereka, atau memberikan "payung api" agar pasukan kita bisa bergerak maju dengan lebih aman. Ibaratnya, dia adalah jagoan yang ngasih jalan dan membersihkan ranjau sebelum kita melangkah.

Selain itu, ada juga yang namanya Counter-Battery Fire. Ini semacam duel artileri. Kalau artileri musuh mengganggu, artileri kita bertugas melacak lokasi mereka dan membalas tembakan. "Mata dibayar mata, meriam dibayar meriam," kira-kira begitu filosofinya. Fungsinya juga bisa buat Area Denial atau Interdiction, yaitu mencegah musuh bergerak di suatu area atau memotong jalur suplai mereka. Dengan menghujani jalan atau jembatan, artileri bisa melumpuhkan logistik musuh dan bikin mereka kelaparan di medan perang. Ngeri, kan?

Jangan salah, artileri juga punya fungsi yang lebih "halus" dari sekadar merusak. Ia bisa melontarkan proyektil asap untuk menciptakan layar kamuflase, atau proyektil penerangan untuk menerangi area tempur di malam hari. Ini semua adalah bagian dari taktik perang modern yang membutuhkan pemikiran dan perencanaan matang. Jadi, bukan cuma kekuatan brute, tapi juga kecerdasan taktis yang bermain di sini.

Indonesia dan Meriam Penjaga Kedaulatan

Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan garis perbatasan yang panjang, Indonesia tentu sangat bergantung pada artileri untuk menjaga kedaulatannya. TNI Angkatan Darat kita memiliki berbagai jenis sistem artileri, mulai dari howitzer tarik, swagerak (self-propelled) yang bisa bergerak cepat, hingga sistem roket multipel (MLRS) yang mampu melontarkan rentetan roket dengan daya hancur masif. Mereka ini ditempatkan di titik-titik strategis, siap siaga untuk melindungi wilayah darat, mendukung operasi pasukan, dan menjadi deterrent bagi siapa pun yang berniat mengganggu kedaulatan NKRI. Mereka adalah mata dan tangan panjang negara yang bisa menjangkau ancaman dari jarak jauh, bahkan sebelum ancaman itu mendekat ke jantung pertahanan kita.

Bayangkan saja, di pulau-pulau terluar atau di sepanjang perbatasan darat yang rawan, artileri menjadi salah satu jaminan keamanan. Kemampuannya untuk menghantam target jauh di dalam wilayah musuh atau mendukung pertahanan posisi penting menjadikan artileri sebagai komponen vital dalam doktrin pertahanan kita. Nggak heran kalau modernisasi alutsista artileri terus jadi prioritas. Kita nggak mau dong, kalau amit-amit terjadi sesuatu, justru kalah dalam urusan daya tembak.

Di Balik Dentuman, Ada Otak yang Bekerja

Nah, ini bagian yang menarik. Artileri modern itu bukan cuma soal tabung dan proyektil. Di baliknya, ada sistem yang kompleks dan canggih. Ada teknologi GPS untuk menentukan koordinat target dengan akurasi milimeter, drone pengintai yang memberikan data real-time, sistem C4ISR (Command, Control, Communications, Computers, Intelligence, Surveillance, and Reconnaissance) yang mengintegrasikan semua informasi, sampai komputer balistik yang menghitung lintasan proyektil dengan mempertimbangkan kecepatan angin, kelembaban, dan rotasi bumi. Gila, kan? Ini bukan lagi sekadar mengarahkan meriam ke depan dan menembak. Ini adalah kombinasi seni dan sains militer yang luar biasa.

Dan yang paling penting, di balik semua kecanggihan teknologi itu, ada para prajurit artileri kita yang terlatih dan berdedikasi. Mereka adalah orang-orang yang mengoperasikan sistem-sistem ini, membaca peta, menganalisis data, dan memastikan setiap tembakan mengenai sasaran. Mereka adalah "otak" di balik "otot" artileri. Tanpa keahlian dan kerja keras mereka, secanggih apapun artileri, hanyalah tumpukan besi tak bernyawa.

Artileri di Era Mendatang: Tantangan dan Inovasi yang Nggak Ada Matinya

Memang sih, di era drone dan rudal hipersonik, banyak yang bertanya-tanya, apakah artileri ini masih relevan? Jawabannya: sangat relevan! Artileri justru terus berinovasi. Ada pengembangan proyektil berpemandu presisi (precision-guided munition) yang bisa menargetkan sasaran spesifik dari jarak puluhan kilometer, mengurangi kerusakan kolateral. Ada juga konsep artileri elektromagnetik (railgun) atau artileri laser yang mungkin suatu hari nanti bisa mengubah medan perang lagi.

Tentu saja ada tantangannya. Biaya pengadaan dan pemeliharaan yang tidak murah, serta kebutuhan untuk terus mengintegrasikan artileri dengan teknologi lain agar tetap efektif. Namun, daya gempur area yang besar, fleksibilitas penggunaan, dan relatif lebih hemat biaya dibandingkan serangan udara masif, membuat artileri tetap menjadi pilihan utama untuk banyak skenario. Apalagi, artileri juga merupakan pertahanan terakhir yang bisa diandalkan ketika teknologi lain mengalami kendala. Ia adalah benteng yang tetap kokoh, meski badai perubahan terus menerpa.

Jadi, begitulah kawan-kawan. Artileri, si jagoan pendiam yang sering terlupakan, ternyata punya peran yang sangat fundamental dalam menjaga pertahanan dan keamanan negara. Ia bukan sekadar penghasil dentuman keras, tapi adalah manifestasi dari kekuatan, presisi, dan kecerdasan taktis yang melindungi kedaulatan kita. Semoga kita tidak perlu melihatnya beraksi dalam kondisi sungguhan, tapi bangga mengetahui bahwa ada "mata dan tangan panjang" yang siap siaga menjaga negeri ini, dari Sabang sampai Merauke.