Kenapa Jadi Guru PNS Begitu Sulit? Ini Jawabannya!
Fajar - Tuesday, 25 November 2025 | 12:00 PM


Gudnus - Siapa sih di antara kita yang tidak kenal dengan profesi guru? Mereka adalah ujung tombak pendidikan, pahlawan tanpa tanda jasa, dan seterusnya dan seterusnya. Klise, ya? Tapi coba deh, kita selami lebih dalam, khususnya perjuangan untuk menjadi seorang guru Pegawai Negeri Sipil (PNS). Ini bukan sekadar cita-cita mulia yang mampir di benak anak-anak SD saat ditanya "cita-citanya apa?", melainkan sebuah medan perang sesungguhnya dengan kompetisi yang kadang bikin puyeng tujuh keliling.
Di negeri kita tercinta ini, label "PNS" masih menjadi magnet yang luar biasa kuat. Stabilitas pekerjaan, jaminan pensiun, status sosial yang diakui, plus kesempatan untuk mengabdi kepada negara. Paket komplit yang sulit ditolak, apalagi di tengah hiruk-pikuk ketidakpastian ekonomi dan susahnya mencari kerja. Maka jangan heran, saat lowongan guru PNS (atau sekarang juga ada PPPK, P3K) dibuka, server pendaftaran langsung down karena membludaknya jumlah pendaftar. Angka-angka pelamar yang mencapai puluhan ribu untuk beberapa ratus formasi itu bukan lagi cerita fiksi, tapi kenyataan pahit yang harus dihadapi para pejuang.
Bukan Sekadar Cita-cita, Tapi Status dan Secercah Harapan
Mari kita jujur-jujuran. Memang, banyak yang memilih profesi guru karena panggilan jiwa, cinta pada dunia pendidikan, atau hasrat ingin mencerdaskan anak bangsa. Tapi, kita juga tak bisa menutup mata bahwa status PNS menawarkan jaring pengaman yang jarang ditemukan di sektor swasta, apalagi bagi mereka yang sudah bertahun-tahun mengabdi sebagai guru honorer dengan gaji yang kadang bikin ngelus dada. Gaji honorer yang bahkan seringkali di bawah UMR, tanpa jaminan kesehatan atau pensiun, itu bukan rahasia lagi. Jadi, aspirasi menjadi guru PNS itu bukan semata-mata soal idealism, tapi juga tentang harapan akan hidup yang lebih layak dan masa depan yang lebih pasti. Ini adalah realitas yang membuat persaingan menjadi semakin sengit, bukan kaleng-kaleng.
Bayangkan saja, seorang lulusan S1 Pendidikan yang sudah empat tahun mengajar di sekolah swasta dengan status kontrak, setiap tahun harap-harap cemas menunggu perpanjangan. Atau guru honorer yang sudah mengabdi belasan tahun di pelosok desa, tapi gajinya per bulan cuma cukup buat beli pulsa dan bensin. Bagi mereka, kesempatan menjadi PNS atau PPPK itu ibarat oase di tengah gurun pasir. Sebuah kesempatan untuk bernapas lega, merencanakan masa depan, dan pastinya, tetap bisa mengajar dengan hati lebih tenang.
Medan Perang yang Namanya Seleksi CPNS/PPPK
Jalan menuju gelar guru PNS itu jauh dari kata mulus. Setelah empat tahun kuliah S1 pendidikan, para calon guru ini harus menghadapi ‘ujian hidup’ berikutnya: seleksi CPNS atau PPPK. Ini dia nih, babak yang seringkali bikin deg-degan. Prosesnya panjang, berjenjang, dan butuh stamina fisik maupun mental yang prima. Dimulai dari Seleksi Administrasi yang kerap menjadi momok karena kesalahan kecil bisa fatal, lalu lanjut ke Seleksi Kompetensi Dasar (SKD), dan diakhiri dengan Seleksi Kompetensi Bidang (SKB).
SKD itu sendiri sudah bikin kepala mau pecah. Ada Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) yang menguji pengetahuan kebangsaan, Tes Intelegensi Umum (TIU) yang melatih logika sampai kiamat, dan Tes Karakteristik Pribadi (TKP) yang kadang jawabannya bikin ragu sendiri. Para pejuang ini harus berhadapan dengan soal-soal HOTS (Higher Order Thinking Skills) yang kadang jawabannya ambigu, waktu yang mepet, dan tekanan untuk mencapai passing grade yang tidak main-main. Belum lagi urusan koneksi internet yang stabil saat ujian daring, atau perangkat komputer yang mendadak ngadat. Auto-galau!
Lolos SKD, bukan berarti bisa bernapas lega. Masih ada SKB yang biasanya lebih spesifik ke bidang pengajaran. Bisa tes wawancara, tes praktik mengajar (microteaching), atau uji kemampuan pedagogik dan profesional. Di sini, mental diuji, kemampuan berinteraksi diuji, dan yang paling penting, kesiapan menjadi seorang pendidik sejati. Kadang, para calon guru ini bahkan harus merogoh kocek dalam-dalam untuk ikut bimbingan belajar (bimbel) khusus CPNS/PPPK yang biayanya lumayan, demi memastikan mereka punya amunisi yang cukup di medan perang ini.
Jatuh Bangun Itu Namanya Proses
Saya kenal beberapa teman yang sudah berkali-kali ikut tes CPNS/PPPK guru. Ada yang sudah tiga kali, ada yang bahkan sampai lima kali. Setiap kali pengumuman kelulusan tiba, rasanya seperti menunggu vonis. Kalau lolos, ya syukur alhamdulillah, pesta pora. Kalau tidak? Siap-siap auto-galau, merenung, bertanya-tanya, "Kurangnya di mana ya?" Atau malah, "Apa aku memang tidak ditakdirkan jadi PNS?"
Perjuangan ini bukan cuma soal belajar keras dan mengerjakan soal, tapi juga tentang mengelola ekspektasi, menjaga semangat agar tidak padam, dan bangkit dari kekecewaan berkali-kali. Bayangkan, sudah mati-matian belajar, begadang, ikut bimbel, tapi hasil akhirnya tetap nihil. Rasa lelah, frustrasi, bahkan putus asa itu pasti ada. Tapi anehnya, setelah masa berkabung usai, saat ada pengumuman rekrutmen baru lagi, semangat itu muncul kembali. Ibarat api yang tidak pernah mati, harapan untuk menjadi guru PNS itu terus berkobar. Mereka akan kembali mengulang proses dari awal, menelaah kesalahan, mencari strategi baru, dan berharap tahun ini adalah tahun keberuntungan mereka.
Ini juga melibatkan dukungan dari keluarga dan lingkaran pertemanan. Tak jarang, orang tua yang menopang finansial saat anaknya fokus belajar, atau pasangan yang terus menyemangati saat mental sedang drop. Ini adalah perjuangan kolektif, bukan hanya individual. Saya angkat topi setinggi-tingginya untuk mereka yang mampu bertahan di tengah badai penolakan berkali-kali.
Fenomena Honorer dan Angka Keberuntungan
Di balik gemuruh seleksi CPNS/PPPK, ada fenomena guru honorer yang tak bisa diabaikan. Mereka adalah garda terdepan yang sudah mengabdi bertahun-tahun, seringkali dengan imbalan seadanya, namun tetap ikhlas mendidik. Banyak di antara mereka yang sudah punya pengalaman mengajar segudang, tapi tak kunjung mendapat status PNS. Sistem seleksi yang terkadang hanya mengandalkan nilai tes, tanpa mempertimbangkan betul pengalaman dan dedikasi, memang kerap jadi polemik.
Ada juga faktor 'keberuntungan'. Kadang, formasi yang dibuka sedikit di daerah yang kita inginkan, atau saingan kita kebetulan jauh lebih ‘encer’ di bidang tertentu. Kadang, seseorang bisa lolos bukan hanya karena pintar, tapi juga karena pas di waktu dan tempat yang tepat. Ini bukan meremehkan usaha, tapi mengakui bahwa ada elemen di luar kendali yang juga ikut bermain. Jadi, bukan cuma cerdas, tapi juga harus beruntung, ya? Hati-hati di jalan, banyak saingan.
Ketika Surat Keputusan Itu Datang
Setelah sekian lama berjuang, jatuh bangun, dan berdoa tiada henti, tibalah saat yang paling dinanti: pengumuman kelulusan final. Bagi yang namanya tercantum dalam daftar, rasanya seperti mimpi yang jadi kenyataan. Air mata haru tumpah, pelukan erat terjalin, dan rasa syukur tak terhingga menghampiri. Semua pengorbanan, semua begadang, semua rasa puyeng yang dirasakan seolah terbayar lunas saat menerima Surat Keputusan (SK) pengangkatan. Ini adalah momen validasi, pengakuan atas kerja keras yang tidak sia-sia.
Namun, perjuangan tidak berhenti di situ. Menjadi seorang guru PNS adalah babak baru dengan tantangan yang tak kalah menarik. Adaptasi dengan lingkungan kerja baru, memenuhi ekspektasi sebagai abdi negara, serta terus mengasah kemampuan pedagogik dan profesional adalah PR selanjutnya. Tanggung jawab yang diemban kini jauh lebih besar. Mereka bukan lagi sekadar ‘pendaftar CPNS’, melainkan ‘guru PNS’ yang siap mencerdaskan tunas-tunas bangsa.
Jadi, di balik kemuliaan profesi guru, ada cerita perjuangan yang tak terlihat, kisah-kisah penuh liku, dan semangat pantang menyerah yang layak kita apresiasi. Mereka adalah para pejuang pendidikan sejati, yang tak hanya bertarung di kelas mengajar, tapi juga di medan seleksi yang kompetitif. Salut untuk para guru PNS dan calon guru PNS di seluruh Indonesia. Semoga dedikasi dan perjuangan kalian selalu berbuah manis.
Next News

Jenis-Jenis Asuransi Perjalanan dan Apa Saja yang Ditanggung
in 5 hours

Manfaat Asuransi Travelling untuk Perjalanan Domestik dan Luar Negeri
in 2 hours

Ancaman Kerusakan Tanah dan Dampaknya bagi Lingkungan
a day ago

Penjelasan Ilmiah Tentang Konjungsi Bulan dan Jupiter
2 days ago

Fenomena Konjungsi Bulan – Jupiter yang Terlihat dari Indonesia
2 days ago

Selamatkan Satwa Langka: Rumah Mereka Terancam Parah!
2 days ago

Ekosistem Kritis: Jaga Hutan dan Laut Kita Bersama!
2 days ago

Kunci Dasar Gitar Susah? Ini Cara Mudah Menguasainya!
3 days ago

Rahasia Jari Lincah: Tips Belajar Gitar Cepat.
3 days ago

Lihat! Saturnus dan Bulan 'Berkencan' Desember 2025 Ini
4 days ago



