Lifestyle

Screen Time Sehat untuk Anak: Panduan Bijak di Era Digital

Fajar - Thursday, 13 November 2025 | 10:00 AM

Background
Screen Time Sehat untuk Anak: Panduan Bijak di Era Digital

Gudnus - Gadget sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Anak belajar, bermain, hingga berinteraksi melalui layar. Di satu sisi, teknologi memberi peluang besar untuk pendidikan dan kreativitas. Namun di sisi lain, paparan berlebihan dapat berdampak pada kesehatan fisik, mental, dan perilaku anak.

Sebagai orang tua, tantangannya bukan lagi menjauhkan anak dari layar, tetapi mengatur screen time secara bijak agar mereka tumbuh sehat di era digital.

Mengapa Screen Time Perlu Diatur

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan American Academy of Pediatrics (AAP) sepakat bahwa penggunaan layar yang tidak terkontrol dapat memengaruhi pola tidur, konsentrasi, emosi, dan kebiasaan sosial anak.

Beberapa masalah yang sering muncul ketika screen time tidak dikelola:

  • Anak sulit fokus selama belajar.
  • Gangguan tidur karena menonton sebelum tidur.
  • Ledakan emosi saat gadget diambil.
  • Penurunan aktivitas fisik.
  • Interaksi sosial langsung berkurang.

Namun, bukan berarti layar harus dilarang sepenuhnya. Kuncinya adalah keseimbangan.

Berapa Durasi Screen Time yang Ideal?

AAP memberikan rekomendasi durasi berdasarkan usia:

1. Anak di bawah 2 tahun

Sebaiknya tidak menggunakan layar, kecuali video call dengan keluarga.

2. Usia 2 hingga 5 tahun

Maksimal 1 jam per hari dengan konten berkualitas dan pendampingan orang tua.

3. Usia 6 hingga 12 tahun

Durasi fleksibel tetapi tetap terkontrol. Orang tua perlu menetapkan batas waktu harian sesuai kebutuhan belajar dan istirahat anak.

4. Remaja 13 hingga 17 tahun

Boleh menggunakan gadget lebih banyak untuk belajar atau bersosial, tetapi tetap harus dibarengi waktu offline, aktivitas fisik, dan tidur cukup.

Rekomendasi ini bukan aturan kaku. Setiap keluarga bisa menyesuaikan dengan kondisi anak, tetapi tetap perlu pedoman yang jelas.

Kualitas Lebih Penting daripada Kuantitas

Tidak semua screen time sama. Ada screen time pasif dan aktif:

  • Screen time pasif: menonton video, scrolling media sosial.
  • Screen time aktif: belajar interaktif, coding dasar, menggambar digital, bermain gim edukatif.

Screen time aktif lebih disarankan karena memberi manfaat kognitif dan kreativitas. Orang tua dapat memilih aplikasi edukatif, video pembelajaran, dan permainan yang mengasah logika.

Konten berkualitas memiliki ciri:

  • Edukatif dan relevan dengan usia anak.
  • Tidak mengandung kekerasan.
  • Visual tidak berlebihan.
  • Memberikan nilai positif atau pengetahuan baru.

1. Tentukan Aturan Screen Time Keluarga

Mulailah dengan membuat family media plan, yaitu perjanjian sederhana yang disepakati seluruh keluarga. Atur waktu kapan layar boleh digunakan, di mana, dan untuk keperluan apa.

Beberapa aturan yang efektif:

  • Tidak ada gadget saat makan.
  • Tidak ada layar 1 jam sebelum tidur.
  • Hanya menggunakan gadget setelah tugas sekolah selesai.
  • Orang tua memberi contoh dengan tidak bermain ponsel saat bersama anak.

Konsistensi sangat penting. Tanpa itu, aturan mudah dilanggar.

2. Dampingi Anak Selama Menggunakan Layar

Pendampingan membuat screen time lebih bermakna. Orang tua dapat menjelaskan isi video, berdiskusi, dan memastikan anak memahami apa yang ditonton.

Pendampingan juga mencegah anak terpapar konten negatif. Banyak platform memiliki fitur kontrol orang tua yang bisa diaktifkan untuk menyaring tontonan.

3. Pastikan Ada Waktu Off-Screen

Gadget bisa membuat anak betah diam, tetapi kebiasaan ini tidak baik untuk tumbuh kembang mereka. Orang tua perlu mengimbangi waktu layar dengan aktivitas dunia nyata seperti:

  • Bermain di luar rumah.
  • Membaca buku.
  • Melukis atau membuat kerajinan.
  • Berolahraga ringan.
  • Membantu pekerjaan rumah.

Aktivitas ini membantu anak membangun keterampilan motorik, kreativitas, dan kemampuan sosial.

4. Ajarkan Literasi Digital Sejak Dini

Di era penuh informasi, anak perlu tahu cara menggunakan internet dengan aman. Ajarkan hal-hal dasar seperti:

  • Tidak berbagi informasi pribadi.
  • Tidak berbicara dengan orang asing di internet.
  • Tidak mengklik tautan mencurigakan.
  • Selalu memberi tahu orang tua jika menemukan sesuatu yang membuat tidak nyaman.

Literasi digital bukan hanya soal keamanan, tetapi juga kemampuan berpikir kritis terhadap informasi yang dikonsumsi.

5. Jaga Kesehatan Mata dan Postur Tubuh

Menatap layar terlalu lama dapat menimbulkan ketegangan mata dan postur tubuh yang buruk. Ajarkan teknik 20-20-20: Setiap 20 menit melihat layar, lihat benda berjarak 20 kaki selama 20 detik.

Pastikan anak duduk dengan tegak, jarak layar minimal satu lengan, dan ruangan memiliki pencahayaan yang baik.

6. Komunikasikan Alasan di Balik Aturan

Anak akan lebih mudah mengikuti aturan jika mereka memahami alasannya. Jelaskan bahwa aturan dibuat bukan untuk melarang, tetapi untuk menjaga kesehatan, tidur, dan suasana hati mereka tetap baik.

Hindari memarahi ketika anak melanggar aturan. Gunakan pendekatan lembut: diskusi, contoh konkret, dan pengganti menarik seperti kegiatan bermain bersama.

Kesimpulan

Screen time adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan anak modern. Yang terpenting bukan menghindarinya, tetapi mengelolanya dengan bijak. Dengan aturan yang jelas, konten berkualitas, pendampingan orang tua, dan kebiasaan aktivitas offline yang seimbang, screen time bisa menjadi alat belajar yang bermanfaat tanpa mengorbankan kesehatan anak.

Pada akhirnya, pengelolaan screen time bukan hanya tentang durasi, tetapi tentang membangun hubungan sehat antara anak, teknologi, dan dunia nyata.