Intip Kenapa Gen Z Betah di Roblox Sekarang
Fajar - Tuesday, 09 September 2025 | 04:00 PM


Gudnus - Dulu, mungkin banyak yang masih menganggap Roblox itu cuma game buat anak-anak SD. Grafik kotak-kotak, karakter lucu, mainnya juga simpel-simpel aja. Kesannya kok kurang "serius" dibanding game-game AAA dengan visual realistis lainnya. Tapi, jangan salah kaprah dulu! Coba deh sekarang kamu intip layar HP atau laptop adik, keponakan, atau bahkan teman kantor kamu yang usianya masih di bawah 30. Kemungkinan besar, ada ikon kotak merah dengan logo 'R' di sana. Yap, Roblox kini sudah bertransformasi menjadi fenomena global yang merangkul bukan cuma bocil, tapi juga kaum Gen Z dan milenial yang haus akan inovasi, kreativitas, dan tentu saja, tempat nongkrong digital yang asyik.
Dari laporan terbaru, angka penggunanya sudah mencapai ratusan juta aktif setiap bulannya. Ini bukan cuma sekadar game, kawan. Ini adalah sebuah jagat maya, sebuah "metaverse" versi ramah kantong dan ramah koneksi internet, di mana semua orang bisa jadi kreator sekaligus konsumen. Dari situlah kemudian muncul pertanyaan: kenapa kok bisa, ya, Roblox yang dulu mungkin kita anggap sebelah mata, sekarang malah jadi primadona di kalangan generasi digital native ini?
Lebih dari Sekadar Bermain: Melepas Kreativitas dan Jadi 'Sultan'
Sejatinya, Roblox itu bukan cuma satu game, melainkan sebuah platform raksasa yang memungkinkan penggunanya untuk membuat, membagikan, dan memainkan game (atau pengalaman digital) yang dibuat oleh pengguna lain. Ini yang bikin dia beda dan kenapa Gen Z serta milenial jatuh hati. Mereka kan suka banget sama personalisasi, otonomi, dan kesempatan untuk berekspresi. Nah, di Roblox, semua itu bisa terpenuhi.
Bayangin aja, platform ini semacam kanvas digital raksasa. Kamu bisa membangun apa saja: dari rumah impian, kota metropolitan, hingga simulasi kerja di restoran cepat saji. Mau bikin game petualangan ala parkour yang menantang (biasa disebut "obby"), game role-playing di dunia fantasi, atau bahkan acara fashion show virtual, semua bisa diwujudkan. Kemampuan untuk mengkreasikan sesuatu dari nol ini benar-benar bikin banyak anak muda ketagihan. Mereka nggak cuma jadi penikmat, tapi juga jadi sutradara, arsitek, desainer, bahkan coder dalam satu wadah.
Yang lebih bikin geleng-geleng kepala lagi, kreativitas ini juga bisa mendatangkan cuan. Ya, kamu nggak salah dengar. Melalui program Developer Exchange (DevEx), para kreator bisa menukarkan Robux (mata uang virtual Roblox) yang mereka dapatkan dari game buatan mereka, menjadi uang sungguhan. Bukan kaleng-kaleng, lho. Ada creator muda yang bisa menghasilkan puluhan juta, bahkan ratusan juta rupiah dari game buatannya. Ini yang bikin banyak milenial, yang notabene suka cari sampingan atau bahkan karier alternatif, melirik Roblox sebagai ladang bisnis digital yang menjanjikan. Siapa sangka, hobi main game bisa bikin rekening gendut?
Roblox sebagai Social Hub: Nongkrong Asyik Tanpa Harus Keluar Rumah
Selain jadi 'tukang bangunan' virtual dan ladang cuan, Roblox juga berfungsi sebagai tempat nongkrong digital yang nggak kalah seru dibanding media sosial lainnya. Gen Z dan milenial itu, kan, generasinya yang suka banget berinteraksi, mencari komunitas, dan merasakan koneksi. Di Roblox, mereka bisa ketemu teman, kenalan baru, bahkan janjian ngumpul sama teman-teman lama di "tempat" favorit mereka.
Mirip-mirip Discord atau bahkan TikTok, tapi dengan avatar 3D yang bisa kamu desain sesuka hati. Mau ngobrol sambil main game balapan, mengunjungi konser virtual yang diadakan di dalam Roblox, atau sekadar jalan-jalan di kota virtual yang lagi hits, semua bisa dilakukan. Ini menciptakan pengalaman sosial yang imersif dan personal, jauh lebih dari sekadar chat atau video call. Mereka bisa membentuk geng, membuat skenario role-play yang kompleks, atau bahkan merayakan ulang tahun virtual. Di era pandemi kemarin, fitur ini jadi penyelamat banyak orang yang haus interaksi sosial tapi terbatas ruang gerak.
Dunia Tanpa Batas: Beragam Konten untuk Semua Selera
Salah satu kekuatan utama Roblox yang bikin dia menarik bagi berbagai kalangan usia adalah diversitas kontennya yang gila-gilaan. Kamu lagi pengen game yang bikin mikir? Ada simulator bisnis atau game teka-teki. Lagi pengen yang santai-santai aja? Ada game memelihara hewan peliharaan virtual atau menata rumah. Mau yang adrenalinnya terpacu? Ada game survival atau horor. Dari simulasi kehidupan ala The Sims, petualangan detektif, hingga bahkan simulasi kerja di pom bensin, semuanya ada.
Pilihan yang tak terbatas ini memastikan bahwa setiap pengguna, mau dia Gen Z yang lagi cari tren terbaru atau milenial yang pengen nostalgia atau sekadar melepas penat, pasti menemukan sesuatu yang cocok. Ini juga yang membuat Roblox selalu terasa "baru" dan "hidup", karena konten-konten baru terus bermunculan setiap saat, didorong oleh kreativitas jutaan penggunanya.
Bukan Hanya Game: Melangkah ke Dunia Pendidikan dan Branding
Nggak cuma buat nge-game dan bikin cuan, Roblox juga mulai dilirik buat hal-hal yang lebih serius. Beberapa institusi pendidikan mulai menggunakan platform ini sebagai alat bantu mengajar yang interaktif. Bayangin, belajar sejarah atau fisika di lingkungan 3D yang bisa dijelajahi langsung? Tentu lebih asyik daripada cuma baca buku atau dengerin ceramah.
Bahkan, brand-brand besar pun sudah ikutan nimbrung. Nike punya "NikeLand", Gucci punya "Gucci Garden", dan banyak lagi perusahaan yang menciptakan pengalaman virtual di Roblox untuk berinteraksi dengan konsumen muda mereka. Ini menunjukkan bahwa Roblox bukan cuma tempat main-main, tapi juga arena baru untuk marketing, branding, dan bahkan pengembangan komunitas yang punya potensi besar di masa depan. Ibaratnya, kalau dulu brand cuma mikir bikin iklan di TV atau medsos, sekarang mereka juga mikir "gimana caranya bikin experience seru di Roblox?".
Tantangan dan Masa Depan
Tentu saja, seperti platform raksasa lainnya, Roblox juga nggak luput dari berbagai kritik. Mulai dari isu keamanan anak, praktik monetisasi yang dianggap "pay-to-win" di beberapa game, hingga isu eksploitasi creator muda yang belum punya pemahaman bisnis yang cukup. Ini adalah PR besar bagi Roblox untuk terus berbenah dan memastikan ekosistemnya aman, adil, dan berkelanjutan.
Tapi, satu hal yang pasti: Roblox telah bertransformasi dari sekadar 'mainan bocil' menjadi ekosistem digital yang kompleks, sebuah rumah virtual bagi jutaan orang. Bagi Gen Z dan milenial, Roblox bukan cuma game, tapi panggung untuk berkreasi, tempat nongkrong, ladang cuan, dan bahkan medium untuk belajar. Ia adalah cerminan dari bagaimana generasi digital ini berinteraksi dengan teknologi: bukan sekadar mengonsumsi, tapi juga menciptakan, berbagi, dan membentuk dunianya sendiri. Jadi, kalau kamu masih mikir Roblox cuma buat anak-anak, mungkin sudah saatnya kamu coba masuk dan merasakan sendiri "vibes"-nya. Siapa tahu, kamu jadi ketagihan dan malah bikin game sendiri!
Next News

Ghost of Yotei , Paket Lengkap dengan tambahan Rp. 140.000
4 days ago

Lebih dari Gamer: Kisah Hangat Shirley Curry di Usia Senja
6 days ago

Males Instal Game Berat? Main CS Instan Yuk!
a month ago

Tanpa Install! Main CS Klasik Cukup Lewat Browser
a month ago

Summoners War Bertahan di Rimba Game Mobile yang Kejam
a month ago

Grand Theft Auto VI: Era Baru Kejahatan Terbuka di Vice City dan Beyond
5 months ago

MPL Indonesia Season 15: Persaingan Sengit dan Kejutan Menuju Puncak
5 months ago

Contrary to popular belief, Lorem Ipsum is not simply random text
a year ago

DotA AutoChess: A Strategic Chess-like Game
9 months ago